Jumat, 25 Januari 2013

sistem endokrin


SISTEM KELENJAR ENDOKRIN

Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang mensekresi substansi kimia yang langsung dikeluarkan ke dalam pembuluh darah. Beberapa organ mempunyai fungsi ganda: organ-organ tersebut menghasilkan hormon dari banyak sel-sel dan substansi lain dari yang lain (misalnya pankreas, menghasilkan insulin dan glukagon, dua hormon, dan juga cairan pankreas).
A.    Fungsi Sistem Endokrin secara Umum
Sistem endoktrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari, kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu.
B.     Fisiologi Sistem Endokrin
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
C.     Struktur Sistem Endokrin :
         Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit, atau organ internal, seperti lapisan traktusintestinal.Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas(kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dankelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah .
Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit, atau organ internal, seperti lapisan traktus intestinal. Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah.
D.    Karakteristik Sistem Endokrin :
Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam. Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada malam hari. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar kalsium serum.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas selular.Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik.
Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya. Hormon secara konstan di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.
Struktur dasar hormon secara kimiawi :
  1. Derivat asam amino : dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari jaringan nervus medulla suprarenal dan neurohipofise, contoh epinefrin dan norepinefrin. Amina: hormon sederhana ini merupakan variasi susunan asam amino tirosin. Kelompok ini meliputi tiroksin dari kelenjar tiroid, epinefrin dan norepinefrin dari medula adrenal
  2.  Petide /derivat peptide : dibuat oleh kelenjar buntuyang berasal dari jaringan alat pencernaan. Protein: hormon ini merupakan rantai asam amino.Insulin dari pankreas, hormon pertumbuhan dari kelenjar hipofisis anterior, kalsitonin dari kelenjar tiroid semuanya merupakan protein.Rantai pendek asam amino disebut peptida. Hormon antidiuretik dan oksitosin yang disintesis oleh hipotalamus, merupakan hormon peptida.
  3. Steroid : dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal darimesotelium, contoh hormon testes, ovarium dan kortekssuprarenal. Steroid: kolesterol merupakan prekursor hormon steroid, yang meliputi kortisol dan aldosteron dari korteks adrenal, estrogen dan progesteron dari ovarium, dan testosteron dari testis.
  4. Asam lemak : merupakan biosintesis dari dua FA, contohhormon prostaglandin.
Patofisiologi hormon secara umum :
Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yang mensintesis atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika kelenjar hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau jika sel penghasil hormon tidak cukup sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan, atau jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak cukup (hipoplasia, aplasia).
meningkatnya pengaruh hormon meliputi, yang pertama peningkatan pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan tunggal yang berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia, adenoma). Kelebihan hormon dapat juga disebabkan oleh pembentukan hormon pada sel tumor yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya (pembentukan hormon ektopoik). Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau diinaktifkan terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati).
Organ-organ yang berperan dalam sistem endokrin adalah :
A.  Kelenjar Hipofisis
Kelenjar Hipofisis terletak di dasar tengkorak, di dalam fossa hipofisis tulang sfenoid. Kelenjar itu terdiri atas dua lobus, yaitu anterior dan posterior, dan bagian di antara kedua lobus ialah pars intermedia. Untuk memudahkan mempelajari fungsinya maka dipandang dua bagian, yaitu lobus anterior dan posterior.
1.      Lobus Anterior
Kelenjar hipofisis menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali produksi sekresi dari semua organ endokrin lain:
a.    Hormon pertumbuhan (hormon somatotropik) mengendalikan pertumbuhan tubuh.
b.    Hormon Tirotropik mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan tiroxin.
c.    Hormon Adrenokortikotropik (ACTH) mengendalikan kegiatan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari kortex kelenjar suprarenal ini.
d.   Hormon Gonadotropik :
Hormon perangsang folikel (follicle-stimulating hormon,FSH), merangsang perkembangan folikel Graaf di dalam ovarium dan pembentukkan spermatozoa di dalam testis. Luteinising Hormon (LH) atau Interstitial-cell-stimulating-hormon (ICSH) mengendalikan sekresi ustrogen dan progesteron di dalam ovarium dan testoteron di dalam testis. Hormon ketiga dari hormon gonadotropik ini ialah luteotrofin atau prolaktin, mengendalikan sekresi air susu, dan mempertahankan adanya korpus luteum selama hamil.
2.      Lobus Posterior
Lobus posterior, kelenjar hipofisis mengeluarkan sekret dua jenis hormon: Hormon Anti-diuretik (ADH) mengatur jumlah air yang melalui ginjal, sedangkan hormon oxitosik merangsang kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan pengeluaran air susu sewaktu menyusui.
B.   Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri atas dua buah lobus yang terletak di sebelah kanan dan kiri trakhea, dan diikat bersama oleh secarik jaringan tiroid yang disebut istmus tiroid dan yang melintasi trakea disebelah depannya.
1.      Struktur
Kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi oleh epitelium silinder, mendapatkan persediaan darah berlimpah dan yang disatukan oleh jaringan ikat. Sel itu mengeluarkan sekret cairan yang bersifat lekat yaitu koloida tiroid, yang mengandung zat senyawa yodium : zat aktif yang utama dari senyawa yodium ini ialah hormon tiroxin. Sekret ini mengisi vesikel dan dari sini berjalan kealiran darah, baik langsung atau melalui saluran limfe.
2.      Fungsi
Sekresi tiroid diatur oleh sebuah hormon dan lobus anterior kelenjar hipofisis, yaitu oleh hormon tirotropik,
Fungsi kelenjar tiroid sangat erat bertalian dengan kegiatan metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan : bekerja sebagai perangsang proses oksidasi, mengatur penggunaan oksigen dan dengan sendirinya mengatur pengeluaran karbondioksida.
Hiposekresi (hipotiroidisma). Bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan sekret pada waktu bayi maka mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai kretinisme, berupa hambatan pertumbuhan mental dan fisik. Pada orang dewasa, kekurangan sekresi mengakibatkan mixudema : proses metabolik mundur dan terdapat kecenderungan untuk bertambah berat, gerakannya lamban, cahra berpikir dan bicara lamban dan kulit menjadi tebal dan kering, rambut rontok, dan menjadi jarang. Suhu badannya di bawah normal, dan denyut nadi perlahan.
Hipersekresi dan pembesaran kelenjar dan penambahan sekresi yang disebut hipertiroidisma, semua simptomnya sebaliknya dari mixudema. Kecepatan metabolisme naik dan suhu tubuh dapat lebih tinggi dari normal.
3.      Kelenjar Paratiroid
Disetiap sisi kelenjar tiroid terdapat dua kelenjar kecil, yaitu kelenjar paratiroid, di dalam leher. Sekresi paratiroid, yaitu hormon paratiroid, mengatur metabolisme zat kapur dan mengendalikan jumlah zat kapur di dalam darah dan tulang.
Hipoparatiroidisma, pada mana terjadi kekurangan kalsium di dalam isi darah, atau hipokalsemia, mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan gejala khas kejang dan konvulsi, khususnya pada tangan dan kaki yang disebut karpopedal spasmus: simptom-simptom ini dapat cepat diringankan dengan pemberian kalsium.
Hiperparatiroidisma atau over aktifitas kelenjar, biasanya ada sangkut pautnya dengan pembesaran kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium dikeluarkan kembali dari tulang dan dimasukkan kembali ke dalam serum darah, dengan akibat terjadinya penyakit tulang dengan tanda-tanda khas bahwa beberapa bagian keropos, yang dikenal sebagai osteitis fibrosa sistika, karena terbentuk kista pada tulang. Kalsiumnya diendapkan di dalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan kegagalan ginjal.

D.  Kelenjar Timus
Kelenjar timus terletak di dalam toraks, kira-kira pada ketinggian bifurkasi trakhea. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas dua lobus. Pada bayi yang baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gr atau lebih sedikit: ukurannya bertambah dan pada masa remaja beratnya dari 30-40 gr dan kemudian mengerut lagi. Fungsinya belum diketahui, tetapi diperkirakan ada sangkut dengan produksi anti body.
E.   Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal atau suprarenalis terletak di atas kutub sebelah atas setiap ginjal. Kelenjar adrenal terdiri atas bagian luar yang berwarna kekuning-kuningan yang disebut kortex dan yang menghasilkan kortisol, dengan rumus yang mendekati kortison, dan atas bagian medula di sebelah dalam yang menghasilkan adrenalin dan noradrenalin.
Zat-zat tadi disekresikan di bawah pengendalian sistema persarafan simpatis. Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi seperti marah dan takut, dan dalam keadaan asfixia dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu menaikkan tekanan darah guna melawan syok yang disebabkan kegentingan ini.
Noradrenalin menaikkan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot di dalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi. Adrenalin membantu metabolisme karbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati.
Beberapa hormon terpenting yang dihasilkan oleh kortex adrenal adalah hidrokortison, aldosteron dan kortikosteron yang semuanya bertalian erat dengan metabolisme, pertumbuhan, fungsi ginjal dan ponus otot. Semua fungsi ini menentukan jalan hidup.
F  .    Struktur dan fungsi kelenjar Pankreas
            Pankreas terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm. mendapat pasokan darah dari arteri mesenterika superior dan splenikus.
Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau Langerhans terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha yang menghasilkan yang menghasilkan glukagon, sel beta yang menghasilkan insulin, dan sel delta yang menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui.
Organ sasaran kedua hormon ini adalah hepar, otot dan jaringan lemak.
KELAINAN PADA SISTEM HORMON
1.Penyakit Addison
Terjadi karena sekresi yang berkurang dari
glukokortikoid. Hal ini dapat terjadi misalnya karena kelenjar adrenal terkena infeksi atau oleh sebab autoimun.
Gejala – gejalanya berupa :
a.Berkurangnya volume dan tekanan darah karena turunnya kadar Na+ dan volume air dari cairan tubuh.
b.Hipoglikemia dan turunnya daya tahan tubuh terhadap stress, sehingga penderita mudah menjadi shock dan terjadi kematian hanya karena stress kecil saja misalnya flu atau kelaparan.
c.Lesu mental dan fisik.
2.Sindrom Cushing
Kumpulan gejala – gejala penyakit yang disebabkan oleh sekresi berlebihan dari glukokortikoid seperti tumor adrenal dan hipofisis. Juga dapat disebabkan oleh pemerian obat – obatan kortikosteroid yang berlebihan.
Gejalanya berupa :
a.Otot – otot mengecil dan menjadi lemah karena katabolisme protein.
b.Osteoporosis
c.Luka yang sulit sembuh
d.Gangguan mental misalnya euphoria (terasa segan)
Penderita Sindrom Cushing bisa disembuhkan dengan beberapa cara pengobatan. Beberapa cara pengobatan tersebut diterapkan berdasarkan faktor penyebab penyakitnya. Pengobatan tersebut meliputi:
1. Kurangi penggunaan obat golongan steroid.
Jika penyebab Sindrom Cushing adalah karena penggunaan obat golongan steroid, maka kurangi dosis pemakaian sesuai anjuran dokter.Menghentikan penggunaan obat ini secara tiba-tiba tanpa anjuran dokter dapat mengakibatkan defisiensi hormon kortisol endogen (dari dalam tubuh).
2. Pembedahan
Jika penyebab sindrom Cushing adalah karena adenoma hipofisis atau adenoma adrenal, maka terapi utama adalah pembedahan. Sebelum pembedahan dilakukan, pasien diwajibkan untuk melakukan CT scan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui letak dari tumor, apakah berada di kelenjar adrenal ataupun di hipofisis. Dengan demikian, ini akan memudahkan dokter dalam melakukan pembedahan.
Setelah pembedahan, pasien akan menerima injeksi kortisol eksogen (dari luar tubuh) untuk sementara waktu hingga tubuh mampu memproduksi hormon kortisol secara normal.
3. Terapi radiasi
Terapi radiasi ini digunakan apabila pembedahan tidak sepenuhnya membuang tumor yang ada. Terapi ini juga digunakan bagi pasien yang tidak cocok untuk pembedahan.
4.Obat-obatan
Obat-obatan bisa diberikan pada pasien yang gagal dalam pembedahan serta terapi radiasi. Obat-obatan berguna untuk menghambat produksi kortisol di dalam tubuh. Jenis obat-obatan yang digunakan adalah obat penghambat produksi kortisol, seperti metyrapone, aminoglutethimide, ketoconazole, dan mitotan. Mitotan digunakan jika penyebabnya adalah adenoma adrenal.
Jika semua pengobatan diatas gagal untuk menyembuhkan sang pasien, maka yang bisa dilakukan adalah dengan memotong atau membuang kelenjar adrenal (Adrenalectomy). Hal ini akan menyebabkan pasien kehilangan kelenjar adrenal, sehingga pasien diwajibkan untuk menerima injeksi hormon kortisol eksogen sepanjang hidupnya.
Pencegahan yang diupayakan untuk menghindari Sindrom Cushing adalah memperhatikan dosis pemakaian obat golongan steroid yang diberikan dan hindari pemakaian obat golongan ini secara berlebihan.

3.Sindrom Adrenogenital
Kelainan dimana terjadi kekurangan produksi glukokortikoid yang biasanya akibat kekurangan enzim pembentuk glukokotikoid pada kelenjar adrenal. Akibatnya kadar ACTH meningkat dan zona retikularis dirangsang untuk mensekresi androgen yang menyebabkan timbulnya tanda – tanda kelainan sekunder pria pada seorang wanita yang disebut
virilisme .Pada pria di bawah umur timbul pubertas perkoks, yaitu timbulnya tanda – tanda kelamin sekunder di bawah umur. Pada pria dewasa gejala – gejala diatas tertutup oleh tanda – tanda kelamin sekunder normal yang disebabkan oleh testosterone. Tetapi bila timbul sekresi berlebihan dari estrogen dan progesterone timbul tanda – tanda kelamin sekunder wanita antara lain yaitu ginaekomastia (payudara membesar seperti pada wanita).
4.Peokromositoma
Tumor adrenal medulla yang menyebabkan hipersekresi adrenalin dan noradrenalin dengan akibat sebagai berikut :
a.Basa metabolisme meningkat
b.Glukosa darah meningkat
c.Jantung berdebar
d.Tekanan darah meninggi
e.Berkurangnya fungsi saluran pencernaan
f.Keringat pada telapak tangan
Kesemuanya menyebabkan berat badan menurun dan tubuh lemah. Pengobatanya melalu operasi. Biasanya pengobatan terbaik adalah pengangkatan feokromositoma. Pembedahan seringkali ditunda sampai pelepasan katekolamin dapat dikendalikan dengan pemberian obat-obatan, karena kadar katekolamin yang tinggi bisa membahayakan proses pembedahan. Biasanya fenoksibenzamin dan propanolol diberikan secara bersamaan; metirosin atau obat lainnya seringkali perlu diberikan untuk mengendalikan tekanan darah.
Jika feokromositoma merupakan suatu kanker yang belum menyebar, maka untuk membantu memperlambat pertumbuhannya bisa diberikan kemoterapi berupa siklofosfamid, vinkristin dan dakarbazin.
Efek bahaya akibat katekolamin yang berlebihan bisa dihambat dengan melanjutkan pemakaian fenoksibenzamin dan propanolol.
5.Diabetes Mellitus
DM terdapat dua macam tipe yaitu DM Tipe I (insuline dependent) yaitu diabetes yang timbul akibat dari kerusakan sel – sel beta pancreas karena infeksi virus atau kerusakan gen. Gen adalah materi genetic yang membawa sifat – sifat yang diturunkan. Diabetes tipe I biasanya timbul sebelum penderita berusia 15 tahun. Penderita membutuhkan suplemen insulin yang diberikan dengan cara penyuntikan.
DM tipe II timbul karena sel – sel tubuh tidak mampu bereaksi terhadap indulin walaupun sel – sel beta pancreas memproduksi cukup insulin. Penyakit ini bersifat mneurun dan merupakan akibat kerusakan gen yang mengkode reseptor insulin pada sel. Biasanya DM tipe II berasosiasi dengan kegemukan dan baru timbul setelah penderita berusia 40 tauhn. Penyakit ini dapat dikontrol dengan pengaturan konsumsi gula dan mengurangi berat badan. Selain itu dianjurkan untuk mengurangi konsumsi lemak dan garam.
6.Hipotiroidea
Keadaan dimana terjadi kekurangan hormone tiroid. Bila terjadi pada masa bayi dan anak, hipotiroidea menimbulkan kretinisme yaitu tubuh menjadi pendek karena pertumbuhan tulang dan otot tersumbat, Kretinisme dapat diobati dengna pemberian hormone tiroid asalkan tidak terlambat. Bila terjadi pada orang dewasa, hipotiroidea menimbulkan miksedema. Gejala – gejala berupa kulit tebal, muka bengkak, rambut kasar, mudah gemuk, lemah, denyut jantung lambat, suhu tubuh rendah, lamban secara fisik atau mental. Hal ini dapat dihindarkan dengan mengkonsumsi garam beryodium.
7.Hipertiroidea
Keadaan dimana hormone tiroid disekresikan melebihi kadar normal. Gejala – gejalanya berupa berat badan menurun, gemetaran, berkeringat, nafsu makan besar, jantung berdebar dan BMR maneingkatmelebihi 20 sampai 100.
Hipertiroidea paling sering terdapat pada
penyakit Graves, suatu penyakit auto imun dimana terbentuk antibody (thyroid stimulating antibody, TSA6) terhadap reseptor TSH pada sel –sel tiroid, mengaktifkan reseptor – reseptor. Ini, maka kadar T4 dan T3 darah meninkat. Penyakit Graves juga disertai dengan goiter (struma, pembengkakan kelenjar tiroid, dan penonjolan bola mata (eksoptalmus) yang disebabkan oleh reaksi radang terhadap imun kompleks pada otot bola mata eksternal dan jaringan sekitar bola mata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar